Mengejutkan. Anies Bayar Commitment Fee Formula E 2021 Di Tengah Pandemi Covid-19


Abraham Lincoln sering disebut pernah mengucapkan kalimat: 

Jika ingin menguji karakter seseorang beri dia kekuasaan. 

U.S. President Abraham Lincoln once said, "If you want to test a man's character, give him power," or words to that effect. Ternyata claim tentang quotation itu sebenarnya tidak pernah diucapkan oleh Abraham Lincoln.

Yang mengucapkan kalimat bersejarah itu adalah Robert Ingersol, seorang penulis dan orator. Hal ini terungkap pada situs snopes.com, pada situs tersebut disebutkan  In reality, Lincoln never uttered or wrote those words, or words to that effect. Rather, they were said about him. The original version of the quotation came on Jan. 16, 1883, during a speech in Washington, D.C., by the prominent writer and orator Robert Ingersoll. 

Ucapan bijak tersebut sering diucapkan dan ditulis untuk menggambarkan bagaimana seorang pemimpin dalam menjalankan kekuasaannya. Ujian karakter itu bisa dibuktikan lebih nyata jika suatu negara atau daerah sedang mengalami sebuah masalah besar. 

Belakangan ini kita bisa menyaksikan atau merasakan bagaimana para pemimpin dunia dalam mengambil kebijakan strategis sejak Covid-19 atau virus Corona menyerang lebih dari 200 negara. Para pemimpin negara dan daerah diharapkan sangat fokus pada masalah pencegahan virus berbahaya ini, terutama pada dampak yang terjadi demi keselamatan masyarakat.

Warga Jakarta pasti teringat ketika dihebohkan dengan rencana Gubernur Anies Baswedan menyelenggarakan balapan mobil listrik yang disebut Formula E di Monas, bahkan banyak sekali pohon besar yang sudah tumbuh di sana lebih dari 20 tahun, lalu ditebang, bahkan batu alam yang menghiasi halaman Monumen Nasional kebanggan Indonesia itu diaspal, yang akhirnya dibongkar lagi. 
Rudi S. Kamri, Formula E, Monas, Anies Baswedan, Presiden Jokowi, Jokowi, Joko Widodo, Covid19, Virus Corona, Corona, Covid-19, Ahok
Anies Baswedan dan mobil Formula E (netralnews.com)
Kini di tengah rasa cemas warga pada virus Corona, apalagi ada PSBB yang sangat membatasi ruang gerak masyarakat Jakarta, juga daerah sekitarnya, terdengar kabar, bahwa Anies Baswedan membayar commitment fee untuk penyelenggaraan Formula E yang akan diselenggarakan pada 2021. 

Anies yang pernah menjabat sebagai menteri pendidikan di periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, lalu diberhentikan oleh Presiden Jokowi.  Akhirnya Anies menjadi gubernur Jakarta, dimana pasangan Ahok Djarot dikalahkan pada pada Pilkada Jakarta, 2017 lalu. 

Apakah keputusan Anies Baswedan itu bisa dibilang sebagai karakter yang seharusnya tidak diperlihatkan? Atau seharusnya tidak dilaksanakan di saat genting ini? Karena commitment fee bisa dibayar pada saat lain. Kenapa harus dilakukan di saat masalah virus Corona belum beres?

Rudi S. Kamri pun terpaksa membuat secangkir kopi untuk mengeluarkan unek-uneknya gara-gara berita tersebut. Rudi yang mirip bintang film ini dikenal ramah oleh para sahabat dan penggemarnya ini memang penulis yang sangat kritis. Rudi S. Kamri juga seorang aktivis dan seorang pemerhati sosial dan budaya. Karena itu masuk akal jika tulisan berikut ini muncul. 




Anies Bayar Commitment Fee Formula E 2021 Di Tengah Pandemi Covid-19

Oleh:

Rudi S Kamri

Mari kita menerawang logika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Di tengah pandemi Covid-19 dimana Jakarta merupakan wilayah epicentrum wabah virus corona dan saat rakyat Jakarta terdampak sosial ekonomi yang parah, dia malah mementingkan pencitraan dengan membayar 'commitment fee' balapan mobil listrik formula E tahun 2021 sebenar Rp. 200 milyar. Logika waras mana yang hendak kita dustakan?


Rudi S. Kamri (dok: istimewa)

Menurut data yang dibongkar anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), pembayaran itu sudah dilakukan Februari 2020. Padahal awal Februari lalu wabah virus corona sudah merebak di Jakarta. Dan Anies sudah membuat surat keputusan kewaspadaan Covid-19. Bahkan Anies sudah berulang-ulang mengadakan konferensi Pers yang mengatakan pandemi Covid-19 merupakan wabah berbahaya dan korban Covid-19 di Jakarta akan meledak.

Mari kita hitung andai yang senilai Rp 200 milyar itu diberikan warga Jakarta yang terdampak secara sosial ekonomi pandemi Covid-19. Dari uang sebesar itu andai diberikan per kepala keluarga (KK) Rp 600 ribu, akan bisa memberikan penghidupan lebih dari 300 ribu KK di Jakarta. Kalau diberikan paket sembako senilai Rp 150 ribu per KK uang sebesar itu bisa memberikan penghidupan lebih 1,3 juta KK di Jakarta. Tapi rupanya pertimbangan sosial ini tidak diprioritaskan oleh Anies Baswedan.

Penyelenggaraan event formula E tahun 2020 sudah dibatalkan karena menimbulkan kontroversi dan akibat adanya Covid-19. Pembatalan itu telah menimbulkan ketidakjelasan apakah uang 'commitment fee'  yang sudah dibayarkan sebesar Rp 396 milyar akan dikembalikan atau hangus begitu saja. Tiba-tiba Februari lalu dia masih juga dengan gegabah membayar lagi Rp 200 milyar untuk event tahun 2021 yang belum jelas akan dilaksanakan atau tidak. Ini suatu tindakan bar-bar yang tidak boleh diamkan begitu saja.

Alasan harus memenuhi kontrak yang terlanjur ditandatangani sangat absurd dan tidak masuk akal. Bencana Covid-19 ini telah melanda seluruh dunia. Dan dampak sosial ekonomi pasca Covid-19 juga akan berlarut-larut bertahun- tahun yang akan datang. Dan saya yakin manajemen formula E pasti akan maklum kalau kegiatan ini dibatalkan, karena negara lain juga melakukan hal yang sama. Mengapa Gubernur DKI Jakarta tidak mau berpikir panjang? Mengapa dia bertindak seenak udelnya dalam mengelola uang rakyat? Ada apa? Atau jangan-jangan apa ada ......?

DPRD DKI Jakarta dan Menteri Dalam Negeri kali ini harus bertindak tegas dan mengusut tuntas hal ini. Kita tidak boleh membiarkan uang rakyat dipergunakan sewenang-wenang. Di tengah situasi darurat Covid-19 dan ancaman defisit anggaran daerah DKI Jakarta yang sampai detik ini baru tercapai kurang 15%, semua sumberdaya yang ada seharusnya diprioritaskan untuk penanganan Covid-19 dan dampak sosial ekonomi yang terjadi. Bukan digunakan untuk hal-hal yang sangat tidak penting. Di sisi ini dengan jelas, Anies tidak punya 'sense of crisis'.

Para pendukung Anies Baswedan harus sadar bahwa jagoannya telah bertindak urakan dan ngawur yang tidak memikirkan kepentingan rakyat. Dia terbukti tidak memihak rakyat, dia lebih memilih berpihak pada panitia balapan formula E. Dia dengan terang benderang membuktikan hanya mementingkan pencitraan dan popularitas pribadi, tidak memikirkan dan memprioritaskan kebutuhan rakyat Jakarta. 

Kalau dengan kelakuan sebrutal ini, Menteri Dalam Negeri atau DPRD DKI Jakarta kecuali Fraksi PSI tutup mata, lalu apa bedanya mereka dengan Anies ???

Salam SATU Indonesia

22042020

Tayangan berikut barangkali juga menarik disimak setelah membaca tulisan Rudi tersebut.


Apakah anda setuju dengan Rudi S. Kamri?



Comments

Popular posts from this blog

Choosing a Digital SLR camera for beginners

POCO F5: Smartphone Kelas Menengah dengan Performa Kencang dan Kamera Mumpuni

Prosumer Camera: Pros and Cons